Mesin
obras bukan alat yang sangat krusial untuk dimiliki oleh seorang penjahit, tapi
kehadirannya pastilah nggak akan tertolak oleh orang yang sering berurusan
dengan jahit menjahit. Terutama menjahit pakaian demi melindungi pinggiran kainnya. Terus gimana kalau ngggak
punya mesin obras? Masak terus nggak jadi njahit? Tenang saja.. jaman moyang
kita dulu juga nggak punya mesin obras. Nggak ada malah! Tapi untungnya ada
jurus khusus supaya pinggiran kain kita nggak mbrodol (baca: bertiras) yang udah
dipake sejak jaman ja mbajuja (apaan coba?). Namanya kampuh balik. Intinya pinggiran
kainnya itu disembunyiin di dalam jahitan kampuh, jadi bagian yang mbrodol
nggak kelihatan dari luar maupun dalam.. Daripada mumet mbayanginnya, lihat
tutorial ini aja deh. Contoh yang ada di sini ceritanya lagi njahit sisi
samping lengan.
Untuk
membuat kampuh balik ini, beri pakaian yang akan dijahit kampuh selebar 1,5cm.
1. Lipat sisi panjang lengan supaya sisi samping lengan
bertumpuk. Bagian buruk/dalam kain saling berhadapan. Semat dengan jarum.
2. Jahit dengan jarak 0,75cm dari tepi kain. Kalau aku pribadi,
setelahnya kampuh yang sudah dijahit ini aku potong/kurangi lebarnya sedikit jadi
tinggal tersisa 0,5cm. Kenapa mesti ribet begini? Soalnya biasanya serat kain
di bagian tepi ada yang brodol. Apalagi kalau kainnya sejenis poliester gitu. Nah, mendingan sejak sekarang tepinya dikorting aja, jadi nanti hasil akhirnya bakal
lebih bersih dari serabut serat kain. Trust me!
3. Balik kain sehingga bagian baik/luar kain saling
berhadapan. See? Pinggir kainnya ngumpet diantara kain sekarang. Lalu jahit
selebar 0,75cm dari tepi. Habis sudah jatah kampuh 1,5cm
Dan, taraa!! Si pinggir kain yang mbrodol lenyap dari
pandangan! Sekarang tinggal jahit bagian yang lain dengan step yang sama. Untuk
bagian kerung lengan sebaiknya setelah step pertama digunting-gunting kampuhnya
dengan jarak sekitar 1,25 cm tiap guntingan. Hati-hati jangan sampai
menggunting jahitannya. Khusus bagian ini digunting-gunting, karena bagian yang
bentuknya melengkung semisal kerung lengen, leher, akan lebih rapi dan mudah
dijahit kalau diguntingi dulu. Untuk bagian ini aku nggak punya fotonya, cz
untuk bagian kerung lengan aku lebih suka pakai obras, hehe.. #nggakmaususah
Kalau lagi cukup mood, kadang dia antara step 2 dan 3 aku
setrika dulu bagian sambungan jahitan. Jadi setelah sisi kain yang buruk berada
di luar, aku setrika bagian sambungan sampai betul-betul terbuka, nggak ada
bagian yang terlipat. Kalau kain yang dijahit jenis kain sintetis biasanya
lebih gampang dibikin rapi kalau disetrika dulu. Tapi kalau kain katun gitu
sih, nggak disetrika juga oke-oke aja.
Well, walaupun aku punya mesin obras, tapi aku tetap lebih
suka pakai teknik ini kalau untuk jahit pakaianku sendiri. Kenapa? Karena nggak
harus mastiin ada warna benang obras yang matching sama warna kainnya atau
nggak. Nggak harus bolak-balik antara
mesin jahit – mesin obras. One stop sewing!
Dan lagi teknik ini bikin jahitannya lebih awet (setidaknya di bagian
kampuh) plus kelihatan rapi luar dalem. Tehnik ini juga bagus untuk kain yang
transparan seperti kain sifon, tile, dan semacamnya. Kalau transparan terus kelihatan obrasannya dari luar kan agak gimanaaa gitu ya.. Cuma kalo kainnya tebel
kayak drill, beludru, mendingan jangan pakai teknik ini deh. Ntar jadi terlalu
tebel di bagian kampuh, jadi ngganjel kalau dipake. Lagian susah juga njaitnya.
Mendingan dijahit dengan kampuh terbuka, terus masing-masing pinggir kainnya di
bungkus bias tape/ bisban. Ribet kuadrat sih.. Kalau nggak mau repot ya memang harus
lari ke mesin obras deh, hehe..
Oh ya, pernah dengar istilah kampuh kostum? Itu hasil
akhirnya juga sama seperti kampuh balik. Cuma stepnya aja yang beda. Untuk kampuh
kostum step awal dijahit dengan sisi baik kain berhadapan, seperti normalnya
njahit baju. Nah, habis itu baru pinggir kainnya dilipet ke dalem, terus
dijahit tangan pakai blind stich. Itu lho, jahitan tangan yang invisible seperti di sini.
Hmmm.. kedengarannya lebih praktis kampuh balik ya? Ya, saya
setuju.
So, enjoy the sew!